Selasa, 17 Mei 2011

Uis Karo (Kain Adat Tradisional Karo)

Kain adat tradisional Karo (Uis Adat Karo) merupakan pakaian adat yang digunakan dalam kegiatan budaya suku karo maupun dalam kehidupan sehari-hari. Uis Karo memiliki warna dan motif yang berhubungan dengan penggunaannya atau dengan pelaksanaan kegiatan budaya.

Pada umumnya Uis Adat Karo dibuat dari bahan kapas, dipintal dan ditenun secara manual dan menggunakan zat pewarna alami (tidak menggunakan bahan kimia pabrikan). Namun ada juga beberapa diantaranya menggunakan bahan kain pabrikan yang dicelup (diwarnai) dengan pewarna alami dan dijadikan kain adat Karo.

Beberapa diantara Uis Adat Karo tersebut sudah langka karena tidak lagi digunakan dalam kehidupan sehari-hari, atau hanya digunakan dalam kegiatan ritual budaya yang berhubungan dengan kepercayaan animisme dan saat ini tidak dilakukan lagi.

Berikut beberapa contoh Uis Adat Karo.

1. Uis Beka Buluh

Uis Beka Buluh memiliki ciri Gembira, Tegas dan Elegan. Kain Adat ini merupakan Simbol Wibawa dan tanda kebesaran bagi seorang Putra Karo.

Penggunaan:
  • Sebagai Penutup Kepala. Pada saat Pesta Adat, Kain ini dipakai Pria/putra Karo sebagai mahkota di kepalanya pertanda bahwa untuk dialah pesta tersebut diselenggarakan. Kain ini dilipat dan dibentuk menjadi Mahkota pada saat Pesta Perkawinan, Mengket Rumah (Peresmian Bangunan), dan Cawir Metua (Upacara Kematian bagi Orang Tua yang meninggal dalam keadaan umur sudah lanjut)
  • Sebagai Pertanda (Cengkok-cengkok /Tanda-tanda) yang diletakkan di pundak sampai ke bahu dengan bentuk lipatan segi tiga.
  • Sebagai Maneh-maneh. Setiap putra karo dimasa mudanya diberkati oleh Kalimbubu (Paman, Saudara Laki-laki dari Ibu, Pihak yang dihormati) sehingga berhasil dalam hidupnya. Pada Saat kematiannya, pihak keluarga akan membayar berkat yang diterima tersebut dengan menyerahkan tanda syukur yang paling berharga kepada pihak kalimbubu tadi yakni mahkota yang biasa dikenakannya yaitu Uis Beka Buluh.
2. Uis Jongkit dilaki.


Uis  Jongkit menunjukkan karakter kuat dan perkasa.

Penggunaan :
  • Sebagai pakaian luar bagian bawah untuk Laki-laki yang disebut gonje (sebagai kain sarung). Kain ini dipakai oleh Putra Karo untuk semua upacara Adat yang mengharuskan berpakaian Adat Lengkap.
3. Uis Gatip


Uis Gatip  menunjukkan karakter Teguh dan Ulet

Penggunaan :
  • Sebagai Penutup Kepala wanita Karo (tudung) baik pada pesta maupun dalam kesehariannya.
  • Untuk beberapa daerah, diberikan sebagai tanda kehormatan kepada kalimbubu pada saat wanita Karo meninggal Dunia (Maneh-maneh dan morah-morah)
4. Uis Nipes Padang Rusak


Penggunaan :
  • Kain ini dipakai untuk selendang wanita pada pesta maupun dalam sehari-hari.
5. Uis Nipes Benang Iring


Penggunaan :
  • Kain ini dipakai untuk selendang wanita pada upacara yang bersifat duka cita.
6. Uis Ragi Barat / Ragi Mbacang


Penggunaan :
  • Kain ini dipakai untuk selendang wanita pada upacara yang bersifat sukacita maupun dalam keseharian.
  • Lapisan luar pakaian wanita bagian bawah (sebagai kain sarung) untuk kegiatan pesta sukacita yang diharuskan berpakaian adat lengkap.
7. Uis Jujung-jujungen


Penggunaan :
  • Kain ini dipakai hanya untuk lapisan paling luar penutup kepala wanita (tutup tudung) dengan umbai-umbai emas pada bahagian depannya.
8. Uis Nipes Mangiring


Penggunaan :
  • Kain ini dipakai wanita Karo sebagai selendang bahu dalam upacara adat duka cita
9. Uis Teba


Penggunaan :
  • Kain ini dipakai wanita Karo lanjut usia sebagai tutup kepala (tudung) dalam upacara yang bersifat duka cita
  • Pada beberapa daerah, kain ini dijadikan sebagai tanda rasa hormat kepada Kalimbubu (Maneh-maneh) pada saat orang yang sudah lanjut usia meninggal.
10. Uis Pementing


Penggunaan :
  • Kain ini dipakai Pria Karo sebagai ikat pinggang (benting) pada saat berpakaian Adat lengkap dengan menggunakan Uis Julu sebagai kain sarung.
11. Uis Julu diberu


Penggunaan :

  • Untuk pakaian wanita bagian bawah (sebagai sarung) untuk upacara adat yang diharuskan berpakaian adat lengkap.
12. Uis Arinteneng


Penggunaan :
  • Alas pinggan pasu yang dipakai pada waktu penyerehan mas kawin
  • Alas piring makan pengantin saat makan bersama dalam satu piring pada malam hari usai pesta peradatan (man nakan persadan tendi/mukul)
13. Perembah


Penggunaan :
  • Untuk menggendong bayi
  • Untuk anak pertama, perembah diberikan oleh Kalimbubu seiring doa dan berkat agar anak tersebut sehat-sehat, cepat besar dan menjadi orang sukses dalam hidupnya kelak.
14. Uis Kelam-kelam


Kain ini bukan kain tenun manual, tapi hasil pabrik tekstil yang dicelup warna hitam menggunakan pewarna alami.
Penggunaan :
  • penutup kepala wanita Karo (tudung teger) waktu pesta adat dan pesta guro-guro aron.
  • Kain ini juga digunakan sebagai tanda penghormatan kepada puang kalimbubu pada saat wanita lanjut usia meninggal dunia (morah-morah)
15. Baju Gunting Cina


Baju ini pada lehernya menggunakan motif cikcak-cikcak (kepala cecak)
Baju ini dikenakan pemuda karo dalam acara menari (landek) tarian budaya pada pesta guro-guro aron.


*Sumber : http://pariwisatakaro.blogspot.com






Guro-guro Aron

Guro-guro aron berasal dari dua kata, yaitu: guro-guro dan aron. Guro-guro berarti hiburan atau pesta, sedangkan aron berarti muda-mudi. Jadi guro-guro aron adalah suatu pesta muda-mudi yang dilaksanakan berdasarkan adat dan kebudayaan Karo, dengan memakai musik karo dan perkolong-kolong. Adapun perlengkapan musik karo yang dipakai untuk itu adalah: sarune, gendang (singindungi dan singanaki), gung dan penganak. Akan tetapi dewasa ini gendang guro-guro aron ini ada kalanya diiringi dengan keyboard. Sementara perkolong-kolong terdiri dari seorang perempuan dan seorang laki-laki yang menyanyi mengiringi aron (muda-mudi) menari. Menurut cerita sebelumnya dikenal dengan nama permangga-mangga, yang menyanyi dari satu desa ke desa lainnya.

Adapun fungsi guro-guro aron itu pada masyarakat Karo adalah sebagai :

1. Latihan Kepemimpinan (Persiapan Suksesi).
Maksudnya, bahwa dalam guro-guro aron, muda-mudi dilatih memimpin, mengatur, mengurus pesta tersebut. Untuk itu ada yang bertugas sebagai pengulu aron, bapa aron atau nande aron. mereka dengan mengikuti guro-guro aron ini dipersiapkan sebagai pemimpin desa (kuta) dikemudian hari.

2. Belajar Adat Karo.
Dalam melaksanakan guro-guro aron, muda-mudi juga belajar tentang adat Karo. Misalnya bagaimana cara ertutur, mana yang boleh teman menari, mana yang boleh menurut adat atau mana yang tidak boleh dilakukan dan lain-lain.

3. Hiburan.
Guro-guro aron juga berfungsi sebagai alat hiburan bagi peserta dan penduduk kampung. Malahan pada waktu itu penduduk kampung, dan tetangga kampung lain juga biasanya hadir.

4. Metik (tata rias).
Dengan diselenggarakannya guro-guro aron, maka muda-mudi, yakni anak perana dan singuda-nguda belajar tata rias (metik) guna mempercantik diri. Mereka belajar melulur diri, membuat tudung atau bulang-bulang dan lain sebagainya.

5. Belajar Etika.
Dalam melaksanakan guro-guro aron ini, anak perana dan singuda-nguda juga belajar etika atau tata krama pergaulan hidup dengan sesamanya.

6. Arena cari Jodoh.
Guro-guro aron juga dimaksudkan sebagai arena cari jodoh bagi anak perana dan singuda-nguda. Oleh karena itu adakalanya pelaksanaannya didorong oleh orang-orang tua, karena melihat banyak perawan tua dan lajang tua di kampungnya.

Adapun guro-guro aron ini dalam pelaksanaannya ada tugas-tugas yang dibagi seperti:

1. Pengulu Aron/Kemberahen aron.
Biasanya gendan guro-guro aron dipimpin oleh pengulu aron dan seorang kemberahen aron. Pengulu aron biasanya dipilih dari pemuda keturunan bangsa tanah (si mantek kuta), sementara kemberahen aron dipilih dari pemudi kuta anak kalimbubu kuta.

2. Si mantek guro-guro aron.
Yang disebut si mantek adalah pemuda atau pemudi dari satu dua yang ikut sebagai peserta/pelaksana guro-guro aron tersebut. si mantek guro-guro aron berkewajiban membayar biaya yang disebut adangen, sebesar yang telah ditentukan dalam musyawarah.

3. Pengelompokan aron.
Aron dikelompok menurut beru-nya masing-masing, misalnya aron beru Ginting, aron beru Karo, aron beru Perangin-angin, aron beru Seambiring, aron beru Tarigan. Si pemuda menyesuaikan tempat duduknya dengan kelompok pemudi itu, misalnya bere-bere Karo di aron beru Karo, bere-bere Sembiring di aron beru Sembiring, bere-bere Ginting di aron beru Ginting dan bere-bere Tarigan di aron beru Tarigan. ini untuk menjaga aturan adat, agar pasangan yang tidak boleh berkawin tidak boleh duduk dan menari bersama. aron dipimpin bapa /nande aron.

4. Kundulen guro-guro aron.
Adalah tempat duduk guro-guro ditempatkan pada salah satu rumah adat. Ini untuk menjaga sesuatu hal pelaksanaan guro-guro tidak dapat dilaksanakan di lapanangan (kesain). Untuk itu pengulu aron dan kemberahen aron datang minta izin kepada pemilik rumah.

5. Aturan Menari.
Dalam praktik untuk meramaikan pembukaan guro-guro aron, ada kalanya perkolong-kolong diadu berpantun sambil bernyanyi. Atau ada kalanya diadakan pencak silat (ndikkar), dan setelah orang berkumpul guro-guro aron pun dimulai menurut arutan adat karo.
a. Gendang Adat
b. Landek Permerga-merga
c. Landek Aron
d. Landek Pekuta-kutaken

6. Tepuk dan ndehile.
Untuk mengakhiri guro-guro aron biasanya juga diakhiri dengan acara menari menurut adat, seperti pada poin (5), malahan dalam acara penutupan ini si erjabaten (pemusik) pun diberi kesempatan untuk menari. 

Demikian sepintas mengenai acara pelaksanaan guro-guro aron. Akan tetapi dengan lahirnya musik keyboard, masalah etika menjadi tidak diperhatikan. Tata cara menari yang semakin seronok dan serampangan. Ini perlu dihilangkan untuk tetap menghormati adat dan etika Karo.

*Sumber : Darwin Prinst, Adat Karo 2004

Bahasa Karo Ku

Jangan katakan dirimu Karo
Kalau kau tidak bisa berbahasa Karo
Buka saja topeng kekaroanmu
Karena aku benci Karo Dibalik Topeng
(Joey Bangun, KARO DIBALIK TOPENG)

Berapa diantara kita yang membaca tulisan ini yang mengerti, atau bisa/fasih/pasif menuturkan bahasa Karo? Pertanyaan ini tidak perlu dijawab kepada saya. Tapi cukup dijawab di hati saudara. Coba sekali lagi renungkan penggalan monolog yang saya tuliskan di atas dan coba raba-raba dimanakah kedudukan anda sekarang. Selagi anda masih meraba-raba, saya sudah menyimpulkan “kebudayaan Karo diambang krisis identitas”.

Dalam ilmu antropologi bahasa/language dikenal dengan sistem perlambang yang secara arbitrer dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia, dan yang digunakan sebagai sarana interaksi antar manusia. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3 yang diterbitkan oleh Balai Pustaka, bahasa berarti sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Di sisi lain dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan sebuah identitas suku/bangsa.

Sangat lucu, misalnya, jika seorang Karo memperkenalkan dirinya pada orang lain yang bukan orang Karo, “Saya adalah orang Karo.” Lalu orang non Karo itu bertanya, “Bagaimana bahasa Karo?” Orang Karo itu bingung bukan kepalang. Karena pada dasarnya dia memang tidak tahu bahkan tidak mau belajar bahasa Karo. Justru dia lebih lancar berbahasa Inggris daripada bahasa ibunya sendiri. Bahasa Inggris sudah menjadi bahasa ibunya, sedang bahasa Karo adalah bahasa ibu tirinya.

Sekarang menjadi pertanyaan bagi kita, “Bagaimana kita menunjukkan kepada semua orang tentang eksistensi suku Karo wong kita sendiri tidak tahu bahasa Karo.” Berpikirlah yang logis dan tidak usah muluk-muluk. Untuk apa kita berbuat begini atau begitu demi Karo sedang kita sendiri tidak menjadikan bahasa Karo bagian dalam hidup kita. Bahasa Karo sudah dianggap bukan bagian yang penting dalam akhlak kehidupan. Disinilah awal krisis identitas itu.

Sumatera Utara memang unik. Propinsi terbesar di pulau Andalas itu terdiri dari 8 suku bangsa dengan 8 bahasa yang berbeda pula. Jadilah Medan sebagai ibukota propinsi sebagai kota multi etnis. Dan tentu saja semu suku berbaur menjadi satu. Maka bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan dikenal oleh semua suku-suku itu dijadikan sebagai alat interaksi.

Kalau memang maksud cita-cita dari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, tentu saja cita-cita tersebut sudah terwujud di Medan. Namun ketika kita berbicara tentang bahasa sebagai identitas suatu suku/bangsa, atau katakanlah suku Karo dengan bahasanya, maka kita perlu was-was dengan keadaan ini.

Persoalan ini sebenarnya kompleks. Sedari kecil kita tidak pernah membiasakan diri berbahasa Karo. Kesalahan tentu saja tidak berpusat pada si anak dan lingkungannya. Namun lebih dititikberatkan pada sang orang tua yang tidak pernah membiasakan anaknya berbahasa Karo di rumah. Jadilah sang anak tidak paham berbahasa Karo.

Kecendrungan seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat Karo. Menurut Arif Rachman, Guru Besar bidang ilmu pendidikan bahasa Inggris Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta, “Kondisi bahasa-bahasa daerah di seluruh dunia yang sangat banyak ini ternyata hanya digunakan oleh minoritas masyarakat dan tergeser oleh bahasa-bahasa yang dianggap universal, seperti bahasa Inggris dan bahasa resmi negara masing-masing. Indikasi ini mencerminkan bahwa bahasa-bahasa daerah yang masuk dalam kategori bahasa mayoritas, tetapi minoritas pemakaiannya, secara perlahan akan mengalami kepunahan.”

Dari apa yang dikatakan Arif Rahman di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa daerah bukan lagi merupakan bahasa mayoritas yang dipakai oleh sebuah etnik. Tetapi telah tergantikan oleh bahasa dominan yang dipakai masyarakat oleh negara itu.

Pemikiran di atas dapat disimpulkan, bahasa Karo bukan lagi merupakan bahasa mayoritas yang dipakai masyarakat Karo tetapi sudah menjadi bahasa minoritas.

Kesimpulan ini dikuatkan dengan fakta mayoritas masyarakat Karo saat ini tinggal di luar Karo. Hal ini menuntut masyarakat Karo itu untuk berbaur dengan berbagai etnis di tempat dia tinggal. Tentu saja dia akan menggunakan bahasa mayortitas disana apakah bahasa Indonesia atau bahasa daerah tempat dia tinggal. Jadilah bahasa Karo sebagai bahasa minoritas.

Untung saja bahasa Karo terbantu adanya beberapa komunitas arisan/perpulungen di kalangan Karo perantauan, Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) yang liturginya sampai saat ini eksis dengan bahasa Karo walau di beberapa tempat waktu-waktu tertentu sudah menggunakan memakai bahasa Indonesia, Komunitas Karo Muslim, hingga Komunitas Karo Katolik.

Namun sayangnya keinginan belajar bahasa Karo tidak lahir dari diri sendiri. Efeknya bahasa Karo tidak populer dan ditinggalkan. Mungkinkah bahasa Karo akan punah? Lakukan sesuatu untuk itu!

*Sumber: Joey Bangun Blog

Alat Musik Karo

Sierjabaten begitulah sebutan  Orang Karo kepada pemain musik tradisional-nya, dimana mereka (Sierjabaten atau penggual) berfungsi sebagai pengiring musik upacara adat Suku Karo, baik itu pernikahan, pesta panen, Kemalangan atau lainnya. Jadi dari hal tersebut maka sebenarnya profesi ini bisa dibilang sudah cukup lama sekali ada dalam perkembangan dan perjalanan hidup Suku Karo. Mengenai kepastian mulai kapan julukan atau penamaan ini mulai dikenal dan di populerkan saya kurang tau pasti , yang jelas profesi ini berkaitan sekali dengan kesenian tradisional Suku Karo. Jadi menurut saya mereka mulai dikenal ketika masyarakat Karo menyadari kebutuhan akan hiburan dalan setiap acara adat mereka.

Pada kenyataanya peran serta mereka sangatlah vital dalam setiap acara pesta adat, sebab tanpa mereka sebuah acara adat tidak lengkap dan sempurna, mereka adalah sekumpulan penghibur juga bisa dibilang irama, nyawa dan tolak ukur kemeriahan sebuah acara adat. Semakin hebat keahlian mereka dalam bermain musik maka makin tinggi pula pamor mereka (Sierjabaten) dimata masayarakat Karo.

Sierjabaten memiliki keahlian dalam bemain berbagai macam alat musik tradisoanal Karo yang terdiri atas Sarune, Gendang Singanaki, Gendang singindungi, Gendang penganak, dan gung. Setiap pemain alat musik mempunyai nama masing masing sesuai dengan alat musik yang mereka mainkan, pemain sarune disebut panarune, pemain gendang (singanaki dan singindungi) disebut penggua, dan pemain penganak disebut simalu penganak, dan pemain gung disebut simalu gung, serta pemain mangkuk michiho disebut simalu mangkuk michiho.
Untuk lebih jelasnya berikut ini penjelasan mengenai setiap alat musik Tradisonal Karo :

A. Sarune.
 
a. Anak-anak sarune, terbuat dari daun kelapa dan embulu-embulu (pipa kecil) diameter 1 mm dan panjang 3-4 mm. Daun kelapa dipilih yang sudah tua dan kering. Daun dibentuk triangel sebanyak dua lembar. Salah satu sudut dari kedua lembaran daun yang dibentuk diikatkan pada embulu-embulu, dengan posisi kedua sudut daun tersebut,
 
b.Tongkeh sarune, bagian ini berguna untuk menghubungkan anak-anak sarune. Biasanya dibuat dari timah, panjangnya sama dengan jarak antara satu lobang nada dengan nada yang lain pada lobang sarune,
 
c. ampang-ampang sarune, bagian ini ditempatkan pada embulu-embulu sarune yang berguna untuk penampung bibir pada saat meniup sarune. Bentuknya melingkar dnegan diameter 3 cm dan ketebalan 2 mm. Dibuat dari bahan tulang (hewan), tempurung, atau perak,
 
d. batang sarune, bagian ini adalah tempat lobang nada sarune, bentuknya konis baik bagian dalam maupun luar. Sarune mempunyai delapan buah lobang nada. Tujuh di sisi atas dan satu di belakang. Jarak lobang 1 ke lobang adalah 4,6 cm dan jarak lobang VII ke ujung sarune 5,6 cm. Jarak antara tiap-tiap lobang nada adalah 2 cm, dan jarak lubang bagian belakang ke lempengan 5,6 cm.
 
e. gundal sarune, letaknya pada bagian bawah batang sarune. Gundal sarune terbuat dari bahan yang sama dengan batang sarune. Bentuk bagian dalamnya barel, sedangkan bentuk bagian luarnya konis. ukuran panjang gundal sarune tergantung panjang batang sarune yaitu 5/9.
 
B. Gendang
Alat musik gendang adalah berfungsi membawa ritme variasi. Alat ini dapat diklasifikasi ke dalam kelompok membranofon konis ganda yang dipukul dengan dua stik. Dalam budaya musik Karo gendang ini terdiri dari dua jenis yaitu gendang singanaki (anak) dan gendang singindung (induk). Gendang singanaki di tambahi bagian gerantung. Bagian-bagian gendang anak dan induk adalah sama, yang berbeda adalah ukuran dan fungsi estetis akustiknya. Bagian-bagian gendang itu adalah:
 
tutup gendang, yaitu bagian ujung konis atas. Tutup gendang ini terbuat dari kulit napuh (kancil). Kulit napuh ini dipasang ke bingkai bibir penampang endang. Bingkainya terbuat dari bambu.
 
tali gendang lazim disebut dengan tarik gendang terbuat dari kayu nangka(Artocarpus integra sp). Salah satu sampel contoh ukuran untuk bagian atas gendang anak adalah 5 cm, diameter bagian bawah 4 cm dan keseluruhan 44 cm. ukuran gendang kecil yang dilekatkan pada gendang anak, diameter bagian atas 4 cm, diameter bagian bawah 3 cm, dan panjang keseluruhan 11,5 cm. Alat pukulnya (stik) terbuat dari kayu
 
jeruk purut. Alat pukul gendang keduanya sama besar dan bentuknya. Panjangnya 14 cm dan penampang dan penampung relatif 2 cm.
 
Untuk gendang indung, diameter bagian atas 5,5 cm, bagian bawah 4,5 cm, panjang keseluruhan 45,5 cm. Bahan alat pukulnya juga terbuat dari kayu jeruk purut. Ukuran alat pukul ini berbeda yaitu yang kanan penampangnya lebih besar dari yang kiri, yaitu 2 cm untuk kanan dan 0,6 cm untuk kiri. Panjang keduanya sama 14 cm.
 
C. Gung dan penganak
Yaitu pengatur ritme musik tradisional Karo. Gung ini diklasifikasikan ke dalam kategori idiofon yang terbuat dari logam yang cara memainkannya digantung. Gung terbuat dari tembaga, berbentuk bundar mempunyai pencu. Gung dalam musik tradisional Karo terbagi dua yaitu gung penganak dangung. Salah satu contoh ukuran gung penganak diameternya 15,6 cm dengan pencu 4 cm dan ketebalan sisi lingkarannya 2,8 cm. Pemukulnya terbuat dari kayu dan dilapis dengan karet. Gung mempunyai diameter 65 cm dengan pencu berdiameter 15 cm dan tebal sisi lingkarannya 10 cm. Pemukulnya terbuat dari kayu dan dilapisi karet.

Demikianlah sedikit informasi dan pembahasan yang saya dapat dari internet, semoga berguna. Pesan moral yang ingin saya sampaikan adalanh, saat ini sulit sekali menemui Sierjabaten yang Tradisional, karena saat ini lebih banyak dan lebih populer Sierjabaten yang mengunakan alat Moderen yang lebih dikenal dengan Keyboard (Pekeyboard)…Gendang Karo tradisoanal mulai tergeser dengan gendang karo moderen…Olah sebap itu mari kita lestarikan seni musik tradisional Karo sebagai salah satu identitas Suku Karo yang tidak boleh hilang.

Profesi Suku Karo Zaman Dahulu

Suku Karo zaman dahulu menekuni beragam profesi unik,beberapa diantaranya adalah :

1.Perlanja Sira
Di zaman dulu karena letak tanah Karo di dataran tinggi yang jauh dari pantai Timur dan pantai barat Sumatera, sangatlah susah untuk mendapatkan garam yang merupakan kebutuhan penting. Dalam banyak cerita tradisi lisan Karo, perlanja sira banyak di sebut-sebut. Profesi ini harus membawa garam dengan memikul dari kampung2 melayu di pesisir timur sumatera (sekitar hamparan perak dan deli tua) , berjalan melewati hutan lebat di bukit barisan mengahadapi resiko diserang binatang buas dan di rampok (karena garam adalah barang mewah saat itu). Untuk mencapai tanah Karo melalui jalan di lereng bukit barisan biasanya makan waktu 4 hari jalan kaki. Cerita perlanja sira biasanya diajarkan sebagai pengajaran akan kebijakan, kegigihan, kesabaran, sopan santun dan tolong menolong. (Profesi ini sudah punah sejak tahun 1940an karena Belanda membangun jalan yang bisa dilalui oleh moda transportasi tradisional dan modern dan semakin berkembangnya transportasi.

2.Dukun Patah
Profesi ini masih banyak di Tanah Karo. Dukun patah biasanya dari Kampung Pergendangen. Dukun patah yang paling terkenal adalah Gurusinga (dikenal juga di Jakarta) dan Pergendangen. Dukun patah biasanya mempunyai ramuan minyak urut rahasia yang dibuat sendiri dan diwariskan turun temurun.

3.Pande Besi,Pande Emas,Pande Rumah,Pande Mayang,Pande Mbako,Pande Gamber
Pande Besi Ialah orang yang mempunyai keahlian membuat berbagai macam alat dari besi/logam, berupa senjata, alat2 dapur dan terutama alat2 pertanian. Masih ada di beberapa kampung, yang saya pernah saya dengar ada di desa Ujung Bawang.Pande emas Ialah Orang yang ahli membuat perhiasan dari emas, dengan bebagai macam jenis ukiran dan keahlian yang berbed-beda. Yang paling terkenal adalah Milala.Pande rumah,Tukang bangunan, mempunyai keahlian mendirikan rumah adat dan rumah biasa. Sekarang yang punya keahlian mendirikan rumah adat tidak ada lagi, suatu kehilangan yang menunjukkan ketidakpedulian kita pada regenerasi ilmu.Pande Gamber,Keahliannya membuat gamber (gambir) untuk campuran makan sirih.Pande mayang,Profesinya membuat mayang untuk campuran makan sirih.Pande mbako,Profesinya membuat mbako (tembakau) untuk campuran makan sirih dan rokok, masih ada di beberapa kampung seperti di Kempawa

4.Perjuma-juma
Petani yang memiliki kebun/ladang/sawah, adalah profesi umum.

5.Perminak-minak
Profesi ini juga masih ada, membuat minyak urut atau minyak meseng (terbakar), minyak gelanggang (untuk menguatkan otot2), dari ramuan rahasia yang diwariskan turun temurun. Perminak-minak membuat minyak dan menjualnya tanpa menjadi dukun.

6.Pertawar-tawar
Profesi ini juga masih ada sampai sekarang, pertawar-tawar membuat tawar (obat dalam bentuk jamu/kuning) untuk menambah nafsu makan, nafsu sex, mengobati penyakit dalam, mengobati keracunan. Pertawar-tawar biasanya tidak membuat minyak, tapi ada juga yang membuat minyak (merangkap perminak-minak)

7.Perkolong-kolong
Orang yang mempunyai bakat dan keahlian menyanyikan lagu-lagu tradisional karo dan menari dengan baik dan benar. Perkolong-kolong biasanya mengisi acara2 adat Karo, bersama dengan rombongan gendang/penggual (group musik tradisional)

*Sumber : www.kaskus.us

Sejarah dan Makna Filosofi Seni Tari Karo

Bagi masyarakat Karo, dikenal istilah uga gendangna bage endekna, yang artinya bagaimana musiknya, harus demikian juga gerakannya (endek). Endek diartikan disini tidak sebagai gerakan menyeluruh dari anggota badan sebagai sebagaimana tarian pada umumnya, tetapi lebih ditekankan kepada gerakan kaki saja. Oleh sebab itu endek tidak dapat disamakan sebagai tari, meskipun unsur tarian itu ada disana. Hal ini disebabkan konsep budaya itu sendiri yang memberi makna yang tidak dapat diterjemahkan langsung kata per kata. Karena konsep tari itu sendiri mempunyai perbedaan konsep seperti konsep tari yang dalam berbagai kebudayaan lainnya. Konsep endek harus dilihat dari kebudayaan karo itu sendiri sebagai pemilik kosa kata tersebut.

Konsep-konsep seperti ini juga dapat kita lihat pada istilah musik bagi masyarakat Karo. Pada masyarakat Karo tidak dikenal istilah musik, dan tidak ada kosa kata musik, tetapi dalam tradisi musik kita mengenal istilah gendang yang terkait dengan berbagai hal dalam ‘musik’ atau bahkan dapat diterjemahkan juga sebagai musik. Bagi masyarakat Karo gendang bermakna jamak, setidaknya gendang mempunyai lima makna,

(1) gendang sebagai ensambel musik, misalnya gendang lima sedalanen, gendang telu sedalanen dan sebagainya;

(2) gendang sebagai repertoar atau kumpulan beberapa buah komposisi tradisional, misalnya gendang perang-perang, gendang guru dan sebagainya;

(3) gendang sebagai nama lagu atau judul lagu secara tradisional, misalnya gendang simalungen rayat, gendang odak-odak, gendang patam-patam (yang juga terkadang sebagai cak-cak atau style) dan sebagainya;

(4) gendang sebagai instrument musik, misalnya gendang indung, gendang anak; dan

(5) gendang sebagai upacara, misalnya gendang guro-guro aron, dan sebagainya. Konsep seperti ini juga berlaku bagi tarian.

Endek dapat diartikan sebagai gerakan dasar, yaitu gerakan kaki yang sesuai dengan musik pengiring (accompaniment) atau musik yang dikonsepkan pada diri sipenari sendiri, karena ada kalanya juga gerakan-gerakan tertentu dapat dikategorikan sebagai tarian, namun tidak mempunyai musik pengiring. Kegiatan menari itu sendiri disebut dengan landek, namun untuk nama tari jarang sekali dipakai kata landek, jarang sekali kita pernah mendengar untuk menyebutkan landek roti manis untuk tari roti manis atau tarian lainnya. 

Malah lebih sering kita dengar dengan menggunakan istilah yang diadaptasi dari bahasa Indonesia yaitu ‘tari’, contohnya tidak menyebut Landek Lima Serangke, tapi Tari Lima Serangke. Landek langsung terkait dengan kagiatan, bukan sebagai nama sebuah tarian.

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam tari karo, yaitu endek (gerakan naik turun kaki), jole atau jemole, yaitu goyangan badan, dan tan lempir, yaitu tangan yang gemulai, lembut. Namun disamping itu bagaimana ketiga unsur tersebut dapat diwujudkan dalam gerakan-gerakan tari, terkait dengan musik pengiring itu sendiri dan dalam konteks tarian itu sendiri, misalnya dalam tarian adat, muda-mudi, khusus, dan sebagainya.

Gerakan dasar tarian Karo dibagi atas beberapa style yang dalam bahasa Karo disebut dengan cak-cak. Ada beberapa cak-cak yang dikenal pada musik Karo, yang terkait dengan gaya dan tempo sekaligus, yaitu yang dimulai dari cak-cak yang sangat lambat sampai kepada cak-cak yang relative cepat, yaitu antara lain yang lazim dikenal adalah:

cak-cak simalungen rayat, dengan tempo lebih kurang 60 – 66 jika kita konversi dalam skala Metronome Maelzel. Apabila kita buat hitungan berdasarkan ketukan dasar (beat), maka cak-cak ini dapat kita kategorikan sebagai cak-cak bermeter delapan. Artinya pukulan gung dan penganak (small gong) sebagai pembawa ketukan dasar diulang-ulang dalam hitungan delapan;

cak-cak mari-mari, yang merupakan cak-cak yang lebih cepat dari cak-cak simalungen rayat. Temponya lebih kurang 70 hingga 80 per menit;

cak-cak odak-odak, yang merupakan cak-cak yang temponya lebih kurang 90 – 98 per menit dalam skala Maelzel.

cak-cak patam-patam, merupakan cak-cak kelipatan bunyi ketukan dasar dari cak-cak odak-odak, dan temponya biasanya lebih dipercepat sedikit antara 98 sampai 105. Endek kaki dalam cak-cak ini merupakan kelipatan endek dari cak-cak odak-odak.

cak-cak gendang seluk, yaitu cak-cak yang sifatnya progressif, semakin lama semakin cepat, yang biasanya dimulai dari cak-cak patam-patam. Jika dikonversi dalam skala metronome Maelzel, kecepatannya bias mencapai 160-an, dan cak-cak silengguri, biasanya cak-cak ini paling cepat, karena cak-cak ini dipakai untuk mengiringi orang yang intrance atau seluk (kesurupan).

Sejarah dan Makna Filosofi
Berbicara tentang sejarah seni tari Karo, maka kita akan dihadapkan pada kajian folklore, karena tidak ada tanggal-tanggal yang pasti diketahui kapan munculnya tarian Karo. Tetapi pada umumnya tari yang unsur dasarnya adalah gerak dapat kita temui dalam ritus-ritus dan upacara-upacara tradisional yang ada pada masyarakat Karo. Dengan demikian makna dari setiap gerakan-gerakan mempunyai makna dan filosofi tergantung jenis tarinya. Meskipun demikian ada beberapa hal yang terkait dengan tari karo, misalnya gerakan tangan yang lempir, pandangan mata, endek nahe, b ukan buta-buta. Disamping itu juga makna gerakan-gerakan tangan juga mempunyai makna tersendiri.
Ada beberapa makna dari gerakan tari Karo berupa perlambangan, yaitu:

Gerak tangan kiri naik, gerak tangan kanan ke bawah melambangkan tengah rukur, yaitu maknanya selalu menimbang segala sesuatunya dalam bertindak;

Gerakan tangan kanan ke atas, gerakan tangan kiri ke bawah melambangkan sisampat-sampaten, yang artinya saling tolong menolong dan saling membantu;

Gerakan tangan kiri ke kanan ke depan melambangkan ise pe la banci ndeher adi langa si oraten, yang artinya siapa pun tidak boleh dekat kalau belum mengetahui hubungan kekerabatan, ataupun tidak kenal maka tidak saying;

Gerakan tangan memutar dan mengepal melambangkan perarihen enteguh, yang artinya mengutamakan persatuan, kesatuan, dan musyawarah untuk mencapai mufakat; gerakan tangan ke atas, melambangkan ise pe labanci ndeher, artinya siapapun tidak bias mendekat dan berbuat sembarangan;

Gerakan tangan sampai kepala dan membentuk seperti burung merak, melambangkan beren rukur, yang maknanya menimbang sebelum memutuskan, piker dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada berguna;

Gerak tangan kanan dan kiri sampai bahu, melambangkan baban simberat ras menahang ras ibaba, yang bermakna ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Artinya mampu berbuat mampu bertanggung jawab dan serasa sepenanggunan gerakan tangan dipinggang melambangkan penuh tanggung jawab;

dan gerakan tangan kiri dan tangan kanan ke tengah posisi badan berdiri melambangkan ise per eh adi enggo ertutur ialo-alo alu mehuli, artinya siapapun yang dating jika sudah berkenalan dan mengetahui hubungan kekerabatan diterima dengan baik sebagai keluarga (kade-kade).

Jenis-jenis Tarian Karo

Tari Komunal
Yang termasuk dalam tarian ini pada masyarakat Karo terdapat beberapa macam yang terkait dengan upacara-upacara adapt misalnya dalam upacara-upacara adat dan peranan-peranan social dalam adapt itu sendiri yang terbagi dalam kelompok-kelompok social tertentu yang sesuai dengan filosofi adapt Karo ‘merga si lima, tutur si waluh, rakut si telu’ Secara kelompok social dapat dibagi menjadi: landek kalimbubu (masih dapat dikelompokkan lebih spesifik lagi); landek sukut (senina, sembuyak, siparibanen, sepengalon, siparibanen, sigameten); landek anak beru dan sebagainya. Juga dalam jenis tari komunal ini masih terdapat bebrapa jenis tarian, misalnya dalam acara guro-guro (acara muda-mudi). Dalam acara ini juga terdapat kelompok-kelompok tarian komunal yang dibagi berdasarkan merga atau beru, tergantung daerahnya. 

Namun biasanya didahului oleh merga simantek kuta atau orang yang pertama sekali menempati wilayah tertentu dimana upacara tersebut berlangsung, atau biasa juga disebut dengan kalimbubu taneh. Adapun jenis-jenis tarian untuk kategori ini adalah dapat kita temukan dalam upacara-upacara:

kerja erdemu bayu (perkawinan)
merdang merdem atau kerja tahun (upacara pertanian)
nurun-nurun (upacara kematian)
guro-guro aron (muda-mudi)
ersimbu (upacara memanggil hujan), atau biasa juga disebut dengan dogal-dogal
mengket rumah mbaru (meresmikan rumah baru)
ngukal tulan-tulan (menggali tulang)
ngalo-ngalo, dll.

Tari Khusus
Jenis-jenis tarian ini terkait dengan hal-hal yang sifatnya khusus dan bukan bersifat umum, yaitu yang berhubungan dengan dengan peranan seseorang, misalnya:
gendang guru (dukun)
seluk (trance)
perumah begu (memanggil roh)
erpangir ku lau (keramas, bathing ceremony)
perodak-odak
tari tungkat
tari baka

Tari Tontonan
Perkolong-kolong (permangga-mangga)
Mayan atau Ndikkar (seni bela diri khas Karo)
Tari Kuda-Kuda (Simalungun: Hoda-Hoda)
Gundala-gundala (Tembut-tembut Seberaya)

Tari Kreasi Baru
tari roti manis
tari terang bulan
tari lima serangke
tari telu serangke,
tari uis gara, dll.
Tari Sigundari, yaitu tari-tarian yang diciptakan berdasarkan lagu-lagu popular Karo, termasuk gendang kibot.

Fungsi Tarian Karo
penghayatan estetis
pengungkapan emosional
hiburan
komunikasi
fungsi perlambangan
reaksi jasmani
berkaitan dengan norma-norma social
pengesahan lembaga social atau status social tertentu
keseinambungan kebudayaan
pengintegrasian masyarakat
pendidikan

* Sumber : KaroWeb.Or.Id

Cowo Ganteng VS Cowo Jelek

Kalo cowok ganteng berbuat jahat
cewek-cewek bilang: nobody's perfect
kalo cowok jelek berbuat jahat
cewek-cewek bilang: pantes...tampangnya kriminal

Kalo cowok ganteng nolongin cewek yang diganggu preman
cewek-cewek bilang: wuih jantan...kayak di filem-filem
kalo cowok jelek nolongin cewek yang diganggu preman
cewek-cewek bilang: pasti premannya temennya dia...

Kalo cowok ganteng pendiam
cewek-cewek bilang: woow, cool banget...
kalo cowok jelek pendiam
cewek-cewek bilang: ih kuper...

Kalo cowok ganteng jomblo
cewek-cewek bilang: pasti dia perfeksionis
kalo cowok jelek jomblo
cewek-cewek bilang: sudah jelas...kagak laku...

Kalo cowok ganteng dapet cewek cantik
cewek-cewek bilang: klop...serasi banget...
kalo cowok jelek dapet cewek cantik
cewek-cewek bilang: pasti main dukun...

Kalo cowok ganteng diputusin cewek
cewek-cewek bilang: jangan sedih, khan masih ada aku...
kalo cowok jelek diputusin cewek
cewek-cewek bilang:...(terdiam, tapi telunjuknya meliuk-liuk dari atas ke bawah, liat dulu dong bentuknya [kacian dech elo] )...

Kalo cowok ganteng ngaku indo
cewek-cewek bilang: emang mirip-mirip bule sih...
kalo cowok jelek ngaku indo
cewek-cewek bilang: pasti ibunya Jawa bapaknya robot...

Kalo cowok ganteng penyayang binatang
cewek-cewek bilang: perasaannya halus...penuh cinta kasih
kalo cowok jelek penyayang binatang
cewek-cewek bilang: sesama keluarga emang harus menyayangi.. .

Kalo cowok ganteng bawa BMW
cewek-cewek bilang: matching...keren luar dalem
kalo cowok jelek bawa BMW
cewek-cewek bilang: mas majikannya mana?...

Kalo cowok ganteng males difoto
cewek-cewek bilang: pasti takut fotonya kesebar-sebar
kalo cowok jelek males difoto
cewek-cewek bilang: nggak tega ngeliat hasil cetakannya ya?...

Kalo cowok ganteng naek motor gede
cewek-cewek bilang: wah kayak lorenzo lamas di film Renegade...bikin lemas...
kalo cowok jelek naek motor gede
cewek-cewek bilang: awas!! Mandragade lewat...

Kalo cowok ganteng nuangin air ke gelas cewek
cewek-cewek bilang: ini baru cowok gentlemen
kalo cowok jelek nuangin air ke gelas cewek
cewek-cewek bilang: naluri pembantu, emang gitu...

Kalo cowok ganteng bersedih hati
cewek-cewek bilang: let me be your shoulder to cry on
kalo cowok jelek bersedih hati
cewek-cewek bilang: cengeng amat!!...laki- laki bukan sih?

Kalo cowok ganteng baca e-mail ini langsung ngaca sambil senyum-senyum kecil, lalu berkata "life is beautiful"
kalo cowok jelek baca ini, Frustasi, ngambil tali jemuran, trus triak sekeras-kerasnya "HIDUP INI KEJAAAAMMM.. ..!!!"

Suku Karo

Suku Karo adalah suku asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kota Medan, dan Kabupaten Aceh Tenggara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo) yaitu Kabupaten Karo. Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo. Suku Karo mempunyai sebutan sendiri untuk orang Batak yaitu Kalak Teba umumnya untuk Batak Tapanuli. Pakaian adat suku Karo didominasi dengan warna merah serta hitam dan penuh dengan perhiasan emas.

 Wilayah Suku Karo
Sering terjadi kekeliruan dalam percakapan sehari-hari di masyarakat bahwa Taneh Karo diidentikkan dengan Kabupaten Karo. Padahal, Taneh Karo jauh lebih luas daripada Kabupaten Karo karena meliputi:

Kabupaten Tanah Karo
Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Tanah Karo. Kota yang terkenal dengan di wilayah ini adalah Brastagi dan Kabanjahe. Brastagi merupakan salah satu kota turis di Sumatera Utara yang sangat terkenal dengan produk pertaniannya yang unggul. Salah satunya adalah buah jeruk dan produk minuman yang terkenal yaitu sebagai penghasil Markisa Jus yang terkenal hingga seluruh nusantara. Mayoritas suku Karo bermukim di daerah pegunungan ini, tepatnya di daerah Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak yang sering disebut sebagai atau “Taneh Karo Simalem”. Banyak keunikan-keunikan terdapat pada masyarakat Karo, baik dari geografis, alam, maupun bentuk masakan. Masakan Karo, salah satu yang unik adalah disebut trites.Trites ini disajikan pada saat pesta budaya, seperti pesta pernikahan, pesta memasuki rumah baru, dan pesta tahunan yang dinamakan -kerja tahun-. Trites ini bahannya diambil dari isilambung sapi/kerbau, yang belum dikeluarkan sebagai kotoran.Bahan inilah yang diolah sedemikian rupa dicampur dengan bahan rempah-rempah sehingga aroma tajam pada isi lambung berkurang dan dapat dinikmati. Masakan ini merupakan makanan favorit yang suguhan pertama diberikan kepada yang dihormati.

Kota Medan
Pendiri kota Medan adalah seorang putra Karo yaitu Guru Patimpus Sembiring Pelawi.

Kota Binjai
Kota Binjai merupakan daerah yang memiliki interaksi paling kuat dengan kota Medan disebabkan oleh jaraknya yang relatif sangat dekat dari kota Medan sebagai Ibu kota provinsi Sumatera Utara.

Kabupaten Dairi
Wilayah kabupaten Dairi pada umumnya sangat subur dengan kemakmuran masyarakatnya melalui perkebunan kopinya yang sangat berkualitas. Sebagian kabupaten Dairi yang merupakan Taneh Karo:
* Kecamatan Taneh Pinem
* Kecamatan Tiga Lingga

Kabupaten Deli Serdang
Sebagian kabupaten Deli Serdang yang merupakan Taneh Karo:
* Kecamatan Lubuk Pakam
* Kecamatan Bangun Purba
* Kecamatan Galang
* Kecamatan Gunung Meriah
* Kecamatan Sibolangit
* Kecamatan Pancur Batu
* Kecamatan Namo Rambe
* Kecamatan Sunggal
* Kecamatan Kuta Limbaru
* Kecamatan STM Hilir
* Kecamatan Hamparan Perak
* Kecamatan Tanjung Morawa
* Kecamatan Sibiru-biru
* kecamatan STM Hulu

Kabupaten Langkat
Taneh Karo di kabupaten Langkat meliputi:
* Kecamatan Selesai
* Kecamatan Kuala
* Kecamatan Salapian
* Kecamatan Bahorok
* Kecamatan Pd.Tualang (Batang Serangan)
* Kecamatan Sungai Bingai
* Kecamatan Stabat

Kabupaten Aceh Tenggara
Taneh Karo di kabupaten Aceh Tenggara meliputi:
* Kecamatan Lau Sigala-gala (Desa Lau Deski, Lau Perbunga, Lau Kinga)
* Kecamatan Simpang Simadam

Marga
Suku Karo memiliki sistem kemasyarakatan atau adat yang dikenal dengan nama merga silima, tutur siwaluh, dan rakut sitelu. Masyarakat Karo mempunyai sistem marga (klan). Marga atau dalam bahasa Karo disebut merga tersebut disebut untuk laki-laki, sedangkan untuk perempuan yang disebut beru. Merga atau beru ini disandang di belakang nama seseorang. Merga dalam masyarakat Karo terdiri dari lima kelompok, yang disebut dengan merga silima, yang berarti marga yang lima. Kelima merga tersebut adalah:

1. Karo-karo
2. Tarigan
3. Ginting
4. Sembiring
5. Perangin-angin

Kelima merga ini masih mempunyai submerga masing-masing. Setiap orang Karo mempunyai salah satu dari merga tersebut. Merga diperoleh secara otomatis dari ayah. Merga ayah juga merga anak. Orang yang mempunyai merga atau beru yang sama, dianggap bersaudara dalam arti mempunyai nenek moyang yang sama. Kalau laki-laki bermarga sama, maka mereka disebut (b)ersenina, demikian juga antara perempuan dengan perempuan yang mempunyai beru sama, maka mereka disebut juga (b)ersenina. Namun antara seorang laki-laki dengan perempuan yang bermerga sama, mereka disebut erturang, sehingga dilarang melakukan perkawinan, kecuali pada merga Sembiring dan Peranginangin ada yang dapat menikah diantara mereka.

Rakut Sitelu
Hal lain yang penting dalam susunan masyarakat Karo adalah rakut sitelu atau daliken sitelu (artinya secara metaforik adalah tungku nan tiga), yang berarti ikatan yang tiga. Arti rakut sitelu tersebut adalah sangkep nggeluh (kelengkapan hidup) bagi orang Karo. Kelengkapan yang dimaksud adalah lembaga sosial yang terdapat dalam masyarakat Karo yang terdiri dari tiga kelompok, yaitu:

1. kalimbubu
2. anak beru
3. senina

Kalimbubu dapat didefinisikan sebagai keluarga pemberi isteri, anak beru keluarga yang mengambil atau menerima isteri, dan senina keluarga satu galur keturunan merga atau keluarga inti.

Tutur Siwaluh
Tutur siwaluh adalah konsep kekerabatan masyarakat Karo, yang berhubungan dengan penuturan, yaitu terdiri dari delapan golongan:
1. puang kalimbubu
2. kalimbubu
3. senina
4. sembuyak
5. senina sipemeren
6. senina sepengalon/sedalanen
7. anak beru
8. anak beru menteri

Dalam pelaksanaan upacara adat, tutur siwaluh ini masih dapat dibagi lagi dalam kelompok-kelompok lebih khusus sesuai dengan keperluan dalam pelaksanaan upacara yang dilaksanakan, yaitu sebagai berikut:

1.) Puang kalimbubu adalah kalimbubu dari kalimbubu seseorang

2.) Kalimbubu adalah kelompok pemberi isteri kepada keluarga tertentu, kalimbubu ini dapat dibagi menjadi :

* Kalimbubu bena-bena atau kalimbubu tua, yaitu kelompok pemberiisteri kepada kelompok tertentu yang dianggap sebagai kelompok pemberi isteri adal dari keluarga tersebut. Misalnya A bermerga Sembiring bere-bere Tarigan, maka Tarigan adalah kalimbubu Si A. Jika A mempunyai anak, maka merga Tarigan adalah kalimbubu bena-bena/kalimbubu tua dari anak A. Jadi kalimbubu bena-bena atau kalimbubu tua adalah kalimbubu dari ayah kandung.

* Kalimbubu simada dareh adalah berasal dari ibu kandung seseorang. Kalimbubu simada dareh adalah saudara laki-laki dari ibu kandung seseorang. Disebut kalimbubu simada dareh karena merekalah yang dianggap mempunyai darah, karena dianggap darah merekalah yang terdapat dalam diri keponakannya.

* Kalimbubu iperdemui, berarti kalimbubu yang dijadikan kalimbubu oleh karena seseorang mengawini putri dari satu keluarga untuk pertama kalinya. Jadi seseorang itu menjadi kalimbubu adalah berdasarkan perkawinan.

3.) Senina, yaitu mereka yang bersadara karena mempunyai merga dan submerga yang sama.

4.) Sembuyak, secara harfiah se artinya satu dan mbuyak artinya kandungan, jadi artinya adalah orang-orang yang lahir dari kandungan atau rahim yang sama. Namun dalam masyarakat Karo istilah ini digunakan untuk senina yang berlainan submerga juga, dalam bahasa Karo disebut sindauh ipedeher (yang jauh menjadi dekat).

5.) Sipemeren, yaitu orang-orang yang ibu-ibu mereka bersaudara kandung. Bagian ini didukung lagi oleh pihak siparibanen, yaitu orang-orang yang mempunyai isteri yang bersaudara.

6.) Senina Sepengalon atau Sendalanen, yaitu orang yang bersaudara karena mempunyai anak-anak yang memperisteri dari beru yang sama.

7.) Anak beru, berarti pihak yang mengambil isteri dari suatu keluarga tertentu untuk diperistri. Anak beru dapat terjadi secara langsung karena mengawini wanita keluarga tertentu, dan secara tidak langsung melalui perantaraan orang lain, seperti anak beru menteri dan anak beru singikuri.Anak beru ini terdiri lagi atas:

* Anak beru tua, adalah anak beru dalam satu keluarga turun temurun. Paling tidak tiga generasi telah mengambil isteri dari keluarga tertentu (kalimbubunya). Anak beru tua adalah anak beru yang utama, karena tanpa kehadirannya dalam suatu upacara adat yang dibuat oleh pihak kalimbubunya, maka upacara tersebut tidak dapat dimulai. Anak beru tua juga berfungsi sebagai anak beru singerana (sebagai pembicara), karena fungsinya dalam upacara adat sebagai pembicara dan pemimpin keluarga dalam keluarga kalimbubu dalam konteks upacara adat.

* Anak beru cekoh baka tutup, yaitu anak beru yang secara langsung dapat mengetahui segala sesuatu di dalam keluarga kalimbubunya. Anak beru sekoh baka tutup adalah anak saudara perempuan dari seorang kepala keluarga. Misalnya Si A seorang laki-laki, mempunyai saudara perempuan Si B, maka anak Si B adalah anak beru cekoh baka tutup dari Si A. Dalam panggilan sehari-hari anak beru disebut juga bere-bere mama.

8.)  Anak beru menteri, yaitu anak berunya anak beru. Asal kata menteri adalah dari kata minteri yang berarti meluruskan. Jadi anak beru minteri mempunyai pengertian yang lebih luas sebagai petunjuk, mengawasi serta membantu tugas kalimbubunya dalam suatu kewajiban dalam upacara adat. Ada pula yang disebut anak beru singkuri, yaitu anak berunya anak beru menteri. Anak beru ini mempersiapkan hidangan dalam konteks upacara adat.

 *Sumber: Wikipedia Bahasa Indonesia

Karo as Culture Entity





Karo adalah etnis tersendiri dengan kultur dan budaya sendiri, satu etnis besar yang pernah exis di Sumatra bagian Timur. Kebesaran dalam kultur budayanya, arsitekturnya (rumah adat) begitu juga terlihat dalam filsafat hidupnya yang menggambarkan way of thinking (filosofis) yang sudah tinggi. Bukti-bukti kebesaran ini tidak tercatat secara rapi seperti manifestasi kebudayaan dan peradaban tinggi Barat atau Yunani kuno misalnya. Dari yang pernah terlihat ialah tulisan atau goresan pada bambu seperti dalam sejarah Patimpus. 

Begitu juga terlihat dari cita-cita Hayam Wuruk (Gajah Mada) menaklukkan kerajaan besar satu-satunya di daerah Sumatra bagian timur, satu kerajaan besar orang kafir (pemena), karena kerajaan ini bukan muslim atau bukan Aceh maupun bukan Jawi, ( ‘Kalak Jawi’ adalah panggilan orang Karo terhadap orang islam tempo doeloe, umumnya orang Melayu).

Pasukan-pasukan berbagai kerajaan islam (Melayu) dari selatan dan dari laut (semenanjung Malaka) serta dari utara (Aceh, juga islam) mendesak dan menaklukkan kerajaan besar orang kafir (pemena) Haru, dan masih meninggalkan sisa pertahanan terakhir benteng Delitua yang masih terlihat sampai sekarang. 

Nama-nama kota dengan istilah kuta (kampung) dalam bahasa Karo tersebar mulai dari Kutaraja sampai ke Siak. Kemudian yang masih banyak terutama di Sumtim terutama di daerah-daerah etnis Karo, dan masih ada di daerah Gayo/Alas. Dalam Sumpah Palapa (1336) Gajah Mada Majapahit berjanji akan menaklukkan banyak kerajaan termasuk Haru. Tetapi yang berhasil menaklukkan Haru ternyata adalah kerajaan-kerajaan islam yang telah lama (sebelum Gajah Mada bersumpah) berusaha membinasakan kerajaan kafir terakhir didaerah Sumatra bagian Timur.

Dialektika adalah cara pikir dan cara pandang atas hal-ihwal dari segi-segi yang bertentangan didalamnya, atas alam dan pikiran manusia serta kehidupan dan perkembangan kehidupan manusia maupun perkembangan pikiran manusia . Orang Barat berpendapat dan mengatakan bahwa penemu pertama dialektika adalah orang 
 Yunani Kuno bernama Heraklitos (500 SM) dalam Pantarei (air mengalir, sungai). Heraklitos menunjukkan proses atau perubahan tak henti-hentinya (dialektika alam). Orang Karo Kuno (Karo sinoria) sudah mengenal dan memakai dialektika dalam kehidupan dan cara pikirnya, dalam melihat alam dan dalam menilai perkembangan pikiran manusia. Ini terlihat dari pepatah kuno Karo (sudah ada sejak Karo lahir sebagai satu kesatuan struktur budaya dan kultur) yaitu: dalam alam (sungai) dikatakan ‘aras jadi namo, namo jadi aras’ (Pantarei Karo), dimana aras adalah bagian dangkal dalam aliran sungai, bagian yang beriak, bagian yang deras, bagian yang ribut dan pada gilirannya akan berubah jadi namo (lubuk), yaitu bagian yang dalam, bagian yang tenang. Jadi disini menggambarkan kedangkalan kontra kedalaman, keributan kontra ketenangan, dan yang satu berubah jadi yang lain lewat proses tertentu yaitu proses perubahan segi-segi bertentangan.

Dan dalam pikiran, seperti ‘seh sura-sura tangkel sinanggel’ (begitu tercapai cita-cita akan muncul kesusahan), menunjukkan kegembiraan kontra kesedihan, proses tak henti-hentinya hal-hal bertentangan dalam pikiran manusia. Dialektika Karo kuno menunjukkan proses dan pertentangan dalam alam maupun dalam pikiran manusia. Dialektika Heraklitos (Pantarei) menunjukkan proses dalam alam, sungai mengalir tak henti-hentinya dan perubahan tak henti-hentinya. Kalau kita menginjakkan kaki kedua kalinya kedalam satu sungai, sungainya bukan lagi sungai ketika kita menginjakkan kaki pertama kali katanya. Dialektika alam Karo atau Pantarei Karo secara jelas tidak hanya menunjukkan proses, tetapi juga adanya segi-segi bertentangan. 

Kenyataan-kenyataan legendaris alamiah ini cukup membuktikan tingkat peradaban dan tingkat filsafat pemikiran etnis Karo telah ada sejak adanya Karo sebagai entitas budaya dan kultur tersendiri dan jelas terlihat dari perbandingan dengan perkembangan dialektika Yunani kuno Heraklitos. Dari logika ini menjadi jelas tak teragukan bahwa etnis Karo adalah salah satu dari etnis tertua dan sangat tinggi filsafat dialektikanya dibagian dunia Sumatera bagian timur.

“The Batta Cannibal States”, sebutan John Anderson, dalam buku Mission to the East Coast of Sumatra 1823, menemukan berbagai kesatuan atau berbagai struktur kesatuan budaya dan kultur di pantai timur Sumatra. Dia melihat perbedaan dan juga melihat adanya kekuasaan (states) dalam kesatuan-kesatuan itu. 

Tetapi Anderson menjadikan semua entitas yang bermacam-macam itu (selain kelompok islam) dengan nama bersama yaitu ‘Batta’. Istilah ini pasti berasal dari kata ‘Batak’, tapi dalam pendengaran dan ucapan lidah totok seorang Inggris berubah jadi ‘Batta’. ‘Batak’ adalah nama julukan terhadap orang-orang atau entitas orang-orang kafir tak ber Tuhan bukan islam, ketika itu orang Karo, Toba, Simalungun dan sebagian Pakpak atau Mandailing. Mereka ini tak berTuhan tapi berDibata (Karo) atau Debata (Toba,Simalungun). Asal usul kata dari bahasa Sanskrit yang di Bali dikatakan Dewata. Orang-orang Dibata/Debata ini adalah kafir pemakan babi dijuluki sebagai kelompok ‘Batak’ oleh orang islam, dan dengan lidah Inggris jadi ‘Batta’ dan yang kanibal, artinya bagi orang Inggris Anderson bukan hanya pemakan babi tapi juga pemakan orang. 

Istilah ‘Batak’ atau ‘Batta’ jadi nama bersama orang-orang berDibata, satu kesatuan tersendiri dari pihak islam maupun dari orang Barat bahkan sampai kezaman kolonial Belanda dan juga termasuk demikian dalam ajaran antropologi kolonial. Antropolog orang Batak Amir Nadapdap bahkan mengatakan Gayo dan Alas sebagai Batak, dpl Batak Gayo dan Batak Alas. Sebaliknya antropologi Aceh mengatakan Aceh Gayo dan Aceh Alas, atau yang lebih tak mengenakkan lagi ialah dengan mengatakan Gayo dan Alas sebagai sub-etnis Aceh dan yang lainnya sub-etnis Batak. Ini jelas menunjukkan perkembangan pikiran expansionis etnis-etnis mayoritas dominan atas existensi etnis minoritas yang umumnya berada diluar kekuasaan atau berada dibawah dominasinya, dimasa nation state post kolonial sampai sekarang era reformasi, era yang menuntut perubahan radikal dalam hubungan saling mengakui dan saling menghormati, ‘berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah’ sesama etnis dalam nation multi etnis seperti Indonesia.

Salah satu diantara kelompok yang dijuluki ‘Batak’ atau ‘Batta’ sampai sekarang masih mempertahankan sebagai Batak yaitu orang Toba. “Namun dalam kenyataannya, orang Karo dan Mandailing menolak disebut Batak. Mereka mengaku sebagai orang Karo dan orang Mandailing, dan sama sekali bukan Batak. Demikianlah, istilah Batak kini mengacu kepada Batak Toba. Jadi, dalam pembica-raan awam, orang Batak adalah orang Batak Toba, bukan Batak yang lain.” (Kompas, Selasa, 2 Juli 2002)

Salah satu entitas diantara ‘Batta Cannibal States’ adalah Karo, satu suku bangsa peninggalan entitas Haru state, sekarang terpencar atau terpusat sekitar Sumtim, Dairi Karo, Aceh Tenggara dan Langkat. Satu entitas struktur budaya dan kultur tak terpisahkan dari existensi sejarah budaya dan kulturnya serta filsafat hidupnya, dari way of thinking yang sangat dialektis sebagai tempat lahir pertama dialektika dalam kehidupan (pikiran) dan dalam hubungan dengan alam.

*Sumber :  SoraSirulo.Net

Biasakan Ping Setelah Posting

Apa itu Ping? Dalam dunia IT, Ping adalah Sebuah alat dalam jaringan komputer yang digunakan untuk menguji apakah sebuah komputer atau hosting terkoneksi dan bisa dibuka di internet. Dalam dunia Blogger dan Web Master, Ping dapat diartikan sebagai suatu tindakan mengirim pesan ke suatu server untuk menginformasikan bahwa Anda telah melakukan update blog atau situs Anda. Contohnya saat Anda mengubah blog, mempubikasikan postingan terbaru, dan kegiatan lain yang berkenaan dengan update situs.

Simpelnya, ping adalah suatu cara untuk memberi tahu Search Engine dan  Directory (Termasuk situs social bookmarking) secara lebih cepat bahwa blog Anda telah diupdate dan otomatis mereka akan segera mengubah data mengenai blog Anda yang telah diperbaharui di server mereka. Untuk melakukan ping, digunakan jasa Ping Service. Layanan ini gratis dan mudah digunakan.

Beberapa situs yang menyediakan jasa Ping adalah:

1. Pingoat (http://www.pingoat.com/)
2. Ping-o-matic (http://www. Pingomatic.com/)
3. MyPagerank.net (http://mypagerank.net/ ), tapi layanan ini harus mendaftar dulu.

Tips melakukan Ping:
1. Lakukan ping apabila Anda telah mengupdate Blog
2. Lakukan ping apabila Anda mempublikasikan postingan terbaru
3. Jangan melakukan ping terlalu sering karena akan dianggap spam, jika Anda melakukan banyak postingan dalam sehari, cukup lakukan sekali ping saja, Ok.
Sebenarnya apa manfaat Ping ini?
1. Agar Update Blog Anda selalu diketahui banyak pengunjung
2. Postingan baru akan lebih cepat terindeks di Search Engine dan directory
3. Tentunya akan lebih SEO friendly.

Nah, mulai sekarang biasakanlah melakukan Ping sehabis Posting, kebiasaan yang baik akan menghasilkan sesuatu yang baik pula.

*Sumber :  http://www.blogmamet.com

Cara Membuat Tulisan Terbalik Di Status Facebook

Membuat Tulisan Terbalik Pada Blog, Website, Profile Friendster Face Book dan Comment

Mungkin anda pernah mendapatkan comment pada blog dengan “Tulisan Terbalik” ataupun mendapati suatu website / situs, Blog, Friendster, Face Book, Comment yang ditulis secara Terbalik.

˙ʞılɐqɹǝʇ ɐɹɐɔǝs sılnʇıp ƃuɐʎ ƃolq nɐʇɐ ǝʇısqǝʍ nʇɐns ıʇɐdɐpuǝɯ undnɐʇɐ ʞılɐqɹǝʇ uɐsılnʇ uɐƃuǝp ƃolq ɐpɐd ʇuǝɯɯoɔ uɐʞʇɐdɐpuǝɯ ɥɐuɹǝd ɐpuɐ uıʞƃunɯ

˙ɥɐʍɐq ǝʞ sɐʇɐ ıɹɐp ʞılɐqɹǝʇ ʇɐɯɹoɟ uɐƃuǝp uɐsılnʇ ʇɐnqɯǝɯ ʞnʇun ıuı sɐʇılısɐɟ uɐʞɐunƃ ˙ɹoʇɐɹǝuǝƃ ɹǝʇɔɐɹɐɔ dılɟ nʇıɐʎ uoıʇɐǝɹɔ ɔsǝ ıɹɐp sɐʇılısɐɟ uɐʞɐunƃƃuǝɯ ʇɐnqıp ıuı ʞılɐqɹǝʇ uɐsılnʇ ¿ ɹɐɔuɐl uɐƃuǝp ıuı ʞılɐqɹǝʇ uɐsılnʇ ɐɔɐqɯǝɯ ɐpuɐ ɥɐʞɐsıq

˙˙˙ǝɥ˙˙˙ǝɥ ʇnqǝsɹǝʇ uɐsılnʇ ɐɔɐq uɐp ɐpuɐ ɹoʇıuoɯ uɐʞılɐq ɐqoɔ ¿ ʇnqǝsɹǝʇ uɐsılnʇ ɐɔɐqɯǝɯ ɐpuɐ ɥɐʞɐsıq

Bisakah anda membaca tulisan tersebut ? Coba balikan monitor anda dan baca tulisan tersebut he…he… Tidak sampai begitunya kali .. he.. he…

Bagaimana Menggunakan Tool Generator Tulisan Terbalik ini ?
1. Buka http://www.esc-creation.com/tulisan-terbalik

2. Ketikan tulisan yang akan anda buat terbalik pada kolom yang di atas.
3. Copy tulisan terbalik yang sudah di hasilkan Flip Karakter Generator ini, kemudian Pastekan pada blog, website/situs , Comment, Profile FaceBook, Friendster dan sebagainya.

“Tulisan Terbalik” yang dihasilkan dari Generator Tulisan Terbalik ini bahkan bisa digunakan pada aplikasi Office, seperti Word , EXEL dan aplikasi atau software lainnya. Mudah bukan ? Silahkan mencoba menulis secara Terbalik dengan ESC creation Flip Karakter Generator ini. Buatlah kejutan ke teman – teman anda.

*Sumber : www.facebook.com

Singkatan Plesetan Lucu

Singkatan lucu berbau plesetan ini setidaknya mungkin bisa membantu mengurangi rasa jenuh, bosan, stress anda di sekolah, kampus, kantor ataupun sekedar melupakan mantan pacar anda :-)
Jadi silahkan anda menikmati aja kata-kata lucu berbau plesetan ini. Kalau ada lagi tambahan Singkatan Plesetan Lucu atau SMS lucu dari pembaca, silahkan tambahkan di kotak komentar.

Fanta = Fantasinya tabu
Pepsi = Pengen peluk situ
Isuzu Panther = Ih sungguh-zungguh pantatnya bikin gemeter
Suzuki = Sungguh-zungguh lelaki
Honda = Hobinya nongkrongin janda
Adidas = Aiqiunya dibawah dasar
Diadora = Diam-diam doyan waria
UUD = Ujung-ujungnya duit
Hakim = Hubungi aku kalo ingin menang
Kijang super = Lelaki jangkung sungguh perkasa
Yamaha = Yanti makin hot aja
Ardath = Aku rela ditidurin asal tidak hamil
Slank = Sudah lama aku naksir kamu
ATM BII = Asal tidak mengandung berselingkuh itu indah
Jarum super = Jarang dirumah suka pergi
BTW = Banyak tai Wedhus
KDRT = Kekerasan Dalam Rongga Tjelana.
BMW = Body menipu wajah
MLM = Menipu Lewat Mulut.
SPd = Sarjana Pecas Ndahe.
AADC = Ada Apa Dibalik celana
Gaptek = Gagap kaya ketek
Dosen = Dodolan sendok
Selingkuh: Selingan Indah Keluarga Utuh
Naruto = Nafsunya rusak total
CINTA = Ciuman Itu Najis Tapi Asyik
Sukirno = Suka mikir porno
STMJ : Semester Tujuh Masih Jomblo

NB : Singkatan plesetan lucu di atas tidak bermaksud untuk menghina ataupun melecehkan siapapun. It's only a Joke...(Tukul Said)

* Sumber : Google